Sabtu, 27 Juli 2013

Doktrin Berfikir Positif



Halo teman-teman, pada kesempatan kali ini saya tidak berbicara mengenai materi inspirasi dulu ya. Postingan kali ini lebih kepada pemikiran saya mengenai fenomena berfikir positif. Ini diawali ketika saya melihat timeline di akun twitter saya. Saya tergerak untuk membuat tulisan tentang berpikir positif setelah melihat banyaknya sahabat-sahabat saya yang begitu mengkultuskan konsep berfikir positif. Apa-apa serba positif, serba tanda tambah.




Lho, kita harus selalu berfikir positif dong? Jangan sampai berfikir negatif, itu buruk buat diri kita sob.

Nah, inilah paradigma yang umum mengenai konsep berfikir positif tersebut. Apakah ketika kamu hendak tidur, kamu tidak perlu mengunci pintu rumahmu seraya berfikir,”Ah, positif thinking aja lah. Orang dilingkungan rumahku kan baik-baik”. Kemudian, misalanya bagi kamu yang memiliki kebiasaan merokok. Ketika ada orang lain yang memberikan saran agar kamu menghentikan kebiasaan tersebut, kamu malah berfikir positif,”Tidak apalah saya merokok, saya harus positif thinking bahwa dengan merokok ini, saya sudah membantu pemerintah.” Trus, misalnya kamu mau ujian, ibu mu menyarankan kamu untuk belajar, namun, bagi kamu yang sudah sangat positif ini berfikir,”Ga perlu belajar lah, yang penting positif thinking aja pasti lulus.” Silly us, eh!

Sebenarnya, berfikir positif dapat menjadi sangat powerful demikian pula halnya dengan berfikir negatif. Asalkan hal tersebut sejalan dengan prinsip yang telah saya emban, yaitu “Everything is evaluated by it’s context and ecology”. Dulu, saya juga tergabung dalam pasukan penegak “positif thinking”. Setelah memahami makna dari prinsip berfikir saya tadi, saya menjadi lebih fleksibel dalam pendekatan saya. Pada dasarnya, berfikir negatif juga penting sebagai langkah preventif, tapi dikonteks lain, berfikir negatif sangat tidak berguna. Ini berbicara mengenai konteks. Suatu hal dapat berguna di satu konteks, tapi sangat tidak berguna di konteks lainnya.

Ada hal lain yang bisa menjadi pertimbangan teman-teman. Daripada memikirkan yang ini positif, dan yang lainnnya negatif, dari pada terjebak dalam dua ekstrim tersebut, ada baiknya kita tinjau cara pandang baru. Yaitu dengan memahami, “Yang mana yang lebih Bermanfaat”. Kita tidak perlu terjebak dalam 2 kutub yang dipersoalkan banyak orang, tetapi kita keluar sejenak dari masalah kita dengan kacamata yang lebih realistis, yang mana yang lebih bermanfaat.

Sekian sharing singkat saya, semoga memberi sudut pandang baru bagi teman-teman sekalian. Jika teman-teman mempunyai pendapat lain, saya akan sangat senang bisa bertukar pikiran dengan teman-teman. Keep Learn & Share

2 komentar: