Kamis, 23 Mei 2013

THE KEYS TO PUBLIC SPEAKING



THREE CORE QUESTIONS TO ASK BEFORE ANY SPEECH
1    How do you want them to feel?
Getting people in the right frame of mind is critical as a presenter. Focus on how you want them to feel and what you need to do in order to get them to feel that.

2    What do you want them to know?
There is so much information that you could give them. It’s very important to know exactly what you really want them to know and deliver that information rather than trying to cover everything.

3    What do you want them to do?
Understanding what do you want to do is very important as you need a strong and clear call to action. Otherwise they might be motivated and know what they need to know but won’t take the important steps that they need to take.


STRUCTURE OF SPEECH

-          INTRODUCTION

1    Grab their attention
Make them want to know more about what you are talking about. Use counter intuitive statements, shocking statistics, interesting story

2    Introduce the main idea
Explain it clearly and briefly

3    Pace the audience
Demonstrate similarity with the audience by saying things that you know are true for the audience. This will make them believe that you understand them so they are more likely to keep listening to and believing you.


-          BODY

1    Make your point

2    Give examples or stories
Use stories or examples to act as a proof for your point

3    Defend your point
Look at the other side of the argument and explain why it isn’t true and why your point is valid
4    Repeat your point


-          CONCLUSION

1    Review your message
Looking back at the message you’ve given, hoe useful it is and what they need to do in the future

2    Finish memorably
The primacy effect suggests you are more likely to remember what’s at the beginning. The recency effect suggests you are more likely to remember what is at the end.

(source: NLPConference 2013, Owen Fitzpatrick)


Rabu, 22 Mei 2013

Kisah telaga hati seluas samudera



Pada suatu hari datang seorang anak muda yang tengah dirundung banyak masalah pada seorang kakek bijak. Langkahnya gontai dan air muka yang muram. Tamu itu tampak sebagai seorang yang tidak bahagia

Kala menceritakan semua masalahnya, pak tua bijak hanya mendengarkannya dengan seksama. Setelah itu ia mengambil segenggam garam dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam tersebut kegelas air dan diaduknya perlahan. Pak tua meminta anak muda meminumnya : “Coba minum air ini dan katakan bagaimana rasanya…”



“Asin. Asin sekali!”, jawab anak muda itu sambil memuntahkan air asin dari gelas itu. Pak tua hanya tersenyum. Ia lalu mengajak anak muda itu berjalan ke tepi telaga di hutan dekat tempat tinggalnya. Sesampainya di telaga, pak tua kembali menaburkan segenggam garam ke dalam telaga. Dengan sepotong kayu dibuatnya gelombang untuk mengaduk-aduk air telaga itu. “Coba ambil air dari telaga ini dan minumlah.” Saat anak muda itu selesai mereguk air itu, pak tua bertanya kembali : “Sekarang bagaimana rasanya?”

“Segar”, sahut anak muda itu. “Apakah kamu merasakan garam dalam air telaga itu?” tanya pak tua lagi. Anak muda ini menjawab : “Tidak”. Denganbijak orang tua berkata : “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah layaknya segenggam garam, tidak lebih dan tidak kurang banyaknya. Jumlah dan rasa asin itu adalah sama antara yang ada dalam gelas dan yang ditabur dalam telaga”

“Tetapi kepahitan yang kita rasakan akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu akan didasarkan dari tempat dimana kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semua itu. Luaskan hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu”

Pak tua itu kembali memberikan nasehatnya. “Hatimu adalah wadahmu. Perasaanmu adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu menampung setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan”.
(sumber: you are the real personal success, Yosandi Lip San)