Early in the twentieth century, a boy whose family had immigrated from Sweden to Illinois sent twenty-five cents to a publisher for a book on photography. What he received instead was a book on ventriloquism.What did he do? He adapted and learned ventriloquism. The boy was Edgar Bergen, and for more than forty years he entertained audiences with the help of a wooden dummy named Charlie McCarthy.
The ability to innovate is at the heart of creativity, a vital component in success. University of Houston professor Jack Matson recognize that fact and developed a course that his student came to call "Failure 101". in it, Matson assigns students to build mock-ups of products that no one would ever buy. His goal is to get students to equate failure with innovation instead of defeat. That way they will free themselves to try new things. "They learn to reload and get ready to shoot again," says Matson. If you want to succeed, you have to learn to make adjustments to the way you do things and try again.
What "problem" or "defeat" have you been dealt, and how can you turn it into an asset?
- John C Maxwell
Kamis, 15 Agustus 2013
Kenali Diri Anda
Alkisah, di Jepang ada seorang samurai yang suka bertarung
samurai. Samurai ini menantang seorang guru Zen untuk menjelaskan konsep surga
dan neraka. Tetapui, pendeta itu menjawab dengan nada menghina,”Kau hanyalah
orang bodoh, aku tidak mau menyia-nyiakan waktu untuk orang macam kamu!”
Merasa harga dirinya direndahkan, samurai itu naik darah.
Sambil menghunus pedang ia berteriak,”Aku dapat membunuhmu karena
kekurangajaranmu.”
“Nah,” jawab pendeta itu dengan tenang, “itulah neraka.”
Takjub melihat kebenaran yang ditunjukkan oleh sang guru
akan amarah yang menguasai dirinya, samurai itu menjadi tenang, menyarungkan pedangnya,
dan membungkuk sambil mengucapkan terimakasih kepada pendeta itu atas
penjelasannya.
“Dan,” kata sang pendeta, “itulah surga.”
Kesadaran mendadak si samurai terhadap amarahnya sendiri
menggambarkan perbedaan penting antara terperangkap dalam suatu gelombang
perasaan dan sadar bahwa Anda dilanda oleh perasaan itu. Ajaran Socrates
“Kenalilah dirimu” menunjukkan inti dari kecerdasan emosional (EQ): kesadaran
akan perasaan dirri sendiri sewaktu perasaan itu timbul.
Langganan:
Postingan (Atom)